Home Start Back Next End
  
32
kental sekali dengan nuansa art deco
dan gedung megah ini terlihat dari lantainya
yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat
minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk
penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan.
Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.
Sejarah Gedung
 
Pada saat itu bangunan ini bernama SOCITEIT CONCORDIA dipergunakan
sebagai tempat
rekreasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di
kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira,
pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama
malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk menonton pertunjukan kesenian,
makan malam.
 
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman
dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.
 
Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17
agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna
menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya
kepada Indonesia.
 
Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai
oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa
Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini
biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum
lainnya.
 
Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan
Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia
terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah
gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung .
Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat
dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger.
Dan mulai awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan
kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf International, dan
pembangunannya ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang
dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro
Ksatria, di bawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah
pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di bawah pimpinan R.M. Madyono.
Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan
umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena
Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu
menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu
dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka
dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter