11
ini ialah "Bibliotheeks Lands Plantentuin te Buitenzorg"
yang didirikan pada tahun
1842. Pada tahun 1911 namanya diubah menjadi "Centra Natuurwetenschappelijke
Bibliotheek van het Departement van Landbouw Nijverheid en Handel". Nama tersebut
kemudian diubah lagi menjadi "Biblioteca Bogoriensis". Perpustakaan ini ada karena
pemerintah Belanda meluncurkan Sistem Tanam Paksa (Cultuur stelsel) dari situlah
muncul perkebunan dan balai penelitian bidang pertanian. Sistem Tanam Paksa secara
tidak langsung mendorong pendirian perpustakaan penelitian bidang pertanian serta
tumbuhnya majalah pertanian di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan edukasi, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sekolah
bagi pribumi yang dinamakan volkschool
(sekolah rakyat), yang menerima tamatan
sekolah rendah angka dua (ongko loro). Perpustakaan pada
volkschool
disebut
"Volksbibliotheek"
dengan koleksi dipasok oleh Volkslectuur
yang kelak berubah
menjadi Balai Pustaka.
Volksbibliotheek
melayani bacaan bagi guru, murid dan
penduduk sekitar sekolah. Pelayanan untuk penduduk sekitar ini merupakan langkah
maju karena dengan demikian perpustakaan sekolah sudah terlibat dalam kegiatan
komunitas, sesuatu yang baru dilancarkan UNESCO enam puluh tahun kemudian.
Murid dan guru tidak dipungut bayaran, sedangkan komunitas setempat harus
membayar 2,5 sen untuk dua buku yang
dipinjam selama dua minggu. Karena
volkschool
berada di bawah wewenang Kantor Pendidikan, maka secara berkala
inspektur sekolah memeriksa perpustakaan yang mencakup inventaris perpustakaan
serta data peminjaman. Untuk Volksbibliotheek Jawa artinya volkschool yang berada di
lingkungan etnik Jawa, pemerintah Hindia Belanda menyediakan 417 judul buku
berbahasa Jawa serta 282 buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek
Sunda,
pemerintah Hindia Belanda menyediakan 291 judul buku berbahasa Sunda serta
282
buku berbahasa Melayu. Untuk Volksbibliotheek
Madura disediakan 67 judul buku
dalam bahasa Madura serta 282 judul dalam bahasa melayu. Untuk Volksbibliotheek
Melayu setiap perpustakaan sekolah memperoleh 328 judul buku berbahasa melayu.
Pada zaman Hindia Belanda sebenarnya tidak ada perpustakaan umum yang
didanai oleh anggaran pemerintah. Perpustakaan umum justru didirikan oleh pihak
swasta. Perpustakaan umum yang didirikan oleh swasta disebut openbare
leeszalen,
artinya ruang baca terbuka atau ruang baca untuk
umum. Adapun lembaga yang
mendirikan openbare
leeszalen
adalah Gereja Katolik Loge
der
Vrijmetselaren, dan
|