Start Back Next End
  
26
dan meningkatkan daya pancar, juga membuat jaringan telepon antar kota-kota besar
dengan jaringan khusus.
Merasa diperalat, maka kaum pribumi yang saat itu juga telah mempunyai
radio siaran sendiri kemudian membentuk perkumpulan radio siaran sendiri. Radio
pribumi saat itu terkenal dengan siaran timuran. Pemerintah Hindia Belanda
mencium aroma yang mengarah kepada pemberontakan dalam perkumpulan radio
pribumi ini, sehingga mencoba menghentikan siaran timuran. Perkumpulan radio
timuran itu bernama Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) dan sebagai
ketua adalah Sutarjo Kartohadikusumo.
PPRK saat itu mengusung siaran yang bersifat kultural atau budaya guna
memajukan budaya dan seni nasional (nusantara). Terjadi gesekan politik antara
PPRK dengan NIROM. PPRK menuntut agar dapat melakukan siaran sendiri dan
pada 1 November 1940 tercapailah tujuan itu.
Berbeda dengan zaman penjajahan Jepang. Setelah menduduki Indonesia,
semua radio dibungkam. Semua urusan yang berkaitan dengan penyiaran radio
diurus oleh satu lembaga bernama Hoso Kanri Kyoku
yang ada di Jakarta. Cabang-
cabangnya ada di Bandung, Purwakarta, Jogjakarta, Surakarta, Semarang, dan
Malang dengan nama Hoso Kyoku. Hoso Kyoku mempunyai cabang juga dengan
nama Shodanso
yang tersebar di masing-masing kabupaten. Saat  itu juga semua
pesawat radio disegel sehingga tiap warga tidak dapat mendengarkan siaran dari luar
negeri kecuali dari 8 Hoso Kyoku yang ada.
Ada satu hal positif yang muncul pada zaman penjajahan Jepang, yaitu
berkembangnya kebudayaan yang mengarah dan memperkuat nasionalisme menuju
ke arah ke-Indonesia-an. Muncullah seniman-seniman pencipta lagu-lagu Indonesia
baru.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter