Start Back Next End
  
1
the leading economic region in Asia for trade, tourism, and investment in five years”
(menjadi pemimpin/pelopor daerah-daerah Asia dalam bidang perdagangan,
pariwisata, dan investasi dalam jangka waktu lima tahun ke depan).
Misi :
Jogja Never Ending Asia mempunyai satu misi, yaitu untuk menarik, memberikan
kepuasan dan mempertahankan para pelaku pasar, wisatawan, investor, pengembang
dan para organisator kelas dunia untuk berusaha dan menanamkan investasinya di
Yogyakarta. Untuk mewujudkan hal itu, Yogyakarta harus mengembangkan diri,
menciptakan LIV, yaitu Livability, yakni suasana damai dan nyaman, Investability,
yakni mampu digunakan untuk berinvestasi, dan Visitability, yakni menarik dan
berkesan untuk dikunjungi. Semua upaya ini pada akhirnya dilakukan sebagai upaya
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Yogyakarta.
2.9.1.2 Unsur Pembentuk identitas Visual kota Yogyakarta
Jogja “Never Ending Asia" dirancang untuk mewujudkan perbedaan karakter
yang sangat berarti, menciptakan nilai emosional dan memperkuat pengalaman unik.
Hal ini akan menempatkan Jogja sebagai "Pengalaman tiada akhir" yang
merefleksikan aspirasi Jogja memberi dan melayani dengan hati, secara jauh lebih
baik dari yang diharapkan. Jadi, bukan Jogja sebagaimana biasannya.
Nama Brand Jogja “Never Ending Asia” : "Jogja" dipilih sebagai brand bukan
"Yogjakarta" atau "Yogja" untuk menjual daya tarik Jogja, karena lafal "Y"
cenderung sulit di lafalkan bagi kebanyakan masyarakat internasional baik secara
lisan maupun tulisan. Sedangkan "Jogja" lebih mudah diucapkan sebagai "JOG-ja" 
Identitas Brand
Jogja
“Never Ending Asia” : Pemilihan tulisan, bukan gambar
logo dilakukan untuk menciptakan komunikasi yang lebih mudah dan menghindari
kebingungan penafsiran yang tak perlu.
Tipografi Brand
Jogja
“Never Ending Asia” : Kata "Jogja"
dirancang sesuai
tulisan asli Sri Sultan Hamengku Buwono X. Karakter unik terlihat pada huruf "J" da
"O". Huruf "J" dirancang menyerupai payung, melambangkan perlindungan bagi
seluruh rakyat Jogja. Sementara huruf "O" dibuat menyerupai mimik wajah anak
kecil yang mamandang jauh kedepan, diharapkan terwujudnya Jogja yang lebih baik.
2.9.2 Kota Amsterdam
Terdapat beberapa hal yang menjadi latar belakang mengapa Kota Amsterdam
merasa perlu melakukan city branding diantaranya adalah: 
Pertama, dari hasil riset yang dilakukan mengindikasikan bahwa Kota
Amsterdam mengalami penurunan dalam berbagai rangking internasional
misalnya dalam hal rangking sebagai kota konferensi dan rangking sebagai
lokasi bisnis dan investasi. Selain adanya kompetisi eksternal di tingkat dunia
dan Eropa tersebut, adanya kompetisi secara internal dengan kota – kota lain
yang ada di negara Belanda menyebabkan persaingan menjadi lebih kompetitif
(Kawaratzis, 2007). 
Kedua, terdapat motivasi lain selain pertimbangan kompetisi eksternal dan
internal di atas, yaitu terkait image Kota Amsterdam sebagai kota yang
memberikan kebebasan dalam hal prostitusi dan obat terlarang. Adanya image
tersebut menjadikan kota Amsterdam seolah merupakan tempat favorit hanya
bagi segmentasi kaum muda saja dan bukan untuk semua segmen golongan usia.
Dengan melakukan city branding, maka image yang hendak dibangun adalah
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter