Start Back Next End
  
21
Konsep pembelian impulsif banyak menimbulkan perdebatan diantara
akademisi bidang pemasaran. Solomon (2004: 408) menggambarkan pembelian
impulsif sebagai pembelian tidak terencana yang timbul ketika seseorang merasakan
dorongan tiba-tiba yang tidak bisa dihindari. Tendensi untuk membeli secara spontan
tersebut pada akhirnya menghasilkan suatu pembelian ketika orang tersebut merasa
pantas bertindak secara impulsif. Rook mengklarifikasikan pembelian impulsif
terjadi ketika seorang konsumen merasa keinginan yang tiba-tiba, seringkali kuat dan
teguh untuk membeli sesuatu secepatnya. Proses impulsif untuk membeli tersebut
adalah sesuatu yang kompleks secara hedonis dan dapat menstimuli konflik
emosional. Pembelian impulsif juga cenderung muncul dengan pengacuhan terhadap
konsekuensi dari tindakan tersebut.
Menurut Rook (Cahyorini dan Rusfian, 2011: 12), pembelian impulsif terdiri
dari karakteristik berikut :
1.
Power, compulsion, and insensity, adanya motivasi untuk
mengesampingkan hal-hal lain dan bertindak secepatnya.
2.
Spontaneity, pembelian impulsif terjadi secara tak terduga dan
memotivasi konsumen untuk membeli saat itu juga, seringkali karena
respon terhadap stimuli visual point-of-sale.
3.
Excitement and stimulation, keinginan membeli tiba-tiba ini sering
kali diikuti oleh emosi seperti “exciting”, “thrilling”, atau “wild”.
4. 
Disregard for consequences, keinginan untuk membeli dapat menjadi
tidak dapat ditolak sampai konsekuensi negatif yang mungkin terjadi
diabaikan.
Dalam
kegiatan impulse buying
terbagi beberapa bentuk menurut Stern
(G.
Muruganantham & Ravi Shankar Bhakat, 2013:  150):
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter