sentence) whose function is to naturalize the class proposition by lending it the
guarantee of the most 'innocent' of natures, that of language - millennial,
maternal, scholastic, etc. ( Barthes 1977: 165-166 )
The first order of signification is that of denotation: at this level there is a
sign consisting of a signifier and a signified. Connotation is a second-order of
signification which uses the denotative sign (signifier and signified) as its
signifier and attaches to it an additional signified. In this framework
connotation is a sign which derives from the signifier of a denotative sign (so
denotation leads to a chain of connotations. (Barthes dalam Chandler : 2007)
Mengenai teori tersebut juga diperjelas oleh Tinar buko (2009). Dalam bukunya,
beliau menjelaskan bahwa Barthes men gembangkan semiotika menjadi dua tingkatan
pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan
yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan
makna eksplisit, langsung, d an pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan penanda d an petanda yang di dalamn ya beroperasi makna
yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Kalau konotasi sudah menguasai
masyarakat, akan menjadi mitos (Yusita Kusumarini: 2006)
Contohnya kata kucin g hitam, jika diartikan secara realitas, langsung dan pasti,
maka maknanya adalah kucing yang berwarna hitam (denotasi). Tetapi jika diartikan
secara tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti, maka maknanya berubah
menjadi kesialan atau sesuatu yang mistis (konotasi). Dan memang karna makna itu
sudah menguasai masyarakat, pemaknaan kucing hitam pun merupakan sebuah mitos
di masyarakat Indonesia.
Penulis menggunakan teori tersebut, karena dapat membantu untuk mencari
makna warna hitam dalam kurotomesode, khususnya makna secara konotasi dalam
masyarakat Jepang.
Analisis ini ditunjang dengan pendapat Spradley (1997: 122) menjabarkan
makna denotasi meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata
(makna referensial).
Selain itu, Piliang (1998:14) yang mengartikan makna denotasi eksplisit antara tanda
dengan referensi atau realitas dalam pertandaan tahap denotasi ju ga menjadi acuan
dalam analisis. Misalnya, ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah. Warnanya
|