seorang dokter, petinggi dalam pemerintahan, profesor sebuah universitas, atau direktur
perusahaan biasanya menggunakan cara bicara yang sopan.
5. Gender
Jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkat kesan tunan
dalam bertutur. Tuturan cenderun g menjadi lebih familiar ketika tutur an dituturkan
antara orang yang memiliki kesamaan jenis kelamin dibandingkan tuturan yang
dituturkan oleh orang yang berbeda jenis kelamin .
6. Group membership
Konsep keanggotaan ini dibagi menjadi dua, yaitu in-group and out-group
distinction. Orang jepang terbiasa menggunakan ekspresi yang berbeda dan cara
menghormati seseorang tergantung pada siapa ia berbicara. Dalam masyarakat Jepang,
ada sedikit bentuk perbedaan yan g agak menyulitkan. Yang pertama adalah in-group
family terms. Misalnya penggunaan untuk yang lebih tua seperti otoosan(polite),
otoosama(more polite), otoochan (familiar). Untuk anggota keluarga yang lebih muda
ditambahkan san atau chan. Kemudian yang kedua adalah out-group family terms.
Bentuk yang disebutkan sebelumnya tidak selalu digunakan untuk menunjukkan anggota
keluar ga dalam percakapan dengan anggota non keluarga.
In-group dan out-group sering juga disebut den gan uchi soto. Menurut Shibata et
all (2000:53), dalam budaya Jepang, orang Jepan g tidak pernah berbicara menggun akan
sonkeigo atau kenjogo ketika berbicara k epada anggota keluarga sendiri. Konsep uchi
bukan hanya merujuk pada anggota keluarga yang memiliki hubungan darah saja,
namun juga merujuk p ada orang-oran g yang berasal dari lin gkun gan perusahaan yang
sama, atau lingkungan sekolah yang sama, atau sebuah organisasi yang sama.
7. Situation
Faktor penentu terakhir ialah situasi. Situasi dibagi menjadi dua macam, yaitu
situasi yang formal dan informal. Formal atau tidaknya sebuah situasi dapat dilihat dari
tempat berlangsungnya sebuat tuturan dan lawan bicara pada situasi tersebut.
Situasi ini berpengaruh cukup besar saat bertutur. Meskipun berbicara dengan
orang yang sama, cara bertutur dapat berubah, misalnya ketika sedang marah, mereka
sering mengganti cara berbicara mereka, dari cara bicara yang sopan ke bentuk familiar,
misalnya kaerimasu men jadi kaeru wa, atau juga sebalikn ya.
|