16
2. Dictation (Dikte)
Biasanya p embelajar menyimak rekaman seban yak dua kali.
Pertama, mer eka hanya mendengarkan untuk mendapatkan garis besar
dari rek aman tersebut. Kedua kalinya, mereka menulis kata kunci yang
akan membantu mereka dalam tahap rekonstruksi. Namun bila pembelajar
belum terbiasa dengan penggunaan metode Dictogloss, kegiatan dikte
dapat dilakukan seban yak tiga kali.
3. Reconstruction (Rekonstruksi)
Secara berkelompok, pembelajar diminta untuk mengumpulkan kata
kunci yang telah dicatat dan merekonstruksi wacana yang telah disimak
dengan kata-katanya sendiri. Tahap ini memiliki dua tujuan, yakni untuk
mempertahankan sebanyak mungkin informasi penting dari teks asli dan
dapat menghasilkan rekonstruksi teks yang padu. Peran pengajar pada
tahap ini hanya mengawasi jalannya kegiatan dan sama sekali tidak
membantu pembelajar dalam hal masukan bahasa.
4. Analysis and Correction (Analisis dan Koreksi)
Terdapat berbagai cara untuk melakukan tahap analisis dan koreksi
ini. Pertama, setiap teks versi pembelajar dituliskan pada papan tulis atau
ditampilkan pada proyektor untuk dibahas bersama. Kedua, teks versi
pembelajar dapat diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh pembelajar.
Ketiga, pembelajar dap at membandingkan
rekonstruksi teks mereka
dengan teks asli, kalimat demi kalimat.
Dalam hal pemilihan materi untuk metode dictogloss, Vasiljevic (2010 : 42)
mengatakan bahwa teks wacan a lebih sesuai untuk digunakan daripada d ialog atau
instruksi. Teks yang digunakan sebaiknya adalah teks transaksional, dimana teks
tersebut bertujuan untuk memberikan informasi baru, sehingga lebih mu dah untuk
direkonstruksi.
Kunci utama dalam metode dictogloss adalah interaksi
antar pembelajar
dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas. Menurut Iwanaka (2013 : 38),
metode dictogloss dapat mendorong pembelajar untuk terlibat dalam proses sintaksis,
|