16
apapun yang dilakukan tidak bisa disebut sebagai manajemen kualitas.
Bagaimanapun, tidak logis bila di satu sisi manajemen puncak menginginkan kinerja
yang lebih baik untuk semua fungsi dan level
di
bawahnya , sementara di sisi lain
mereka tidak mencantumkan kualitas sebagai sesuatu yang harus dicapai dan
dikerjakan. Sekumpulan kegiatan baru dapat dikatakan sebagai manajemen kualitas
bila manajemen puncak menjadikan kualitas sebagai sasaran dalam rencana bisnis
dan menjabarkannya dalam sasaran dan rencana tahunan yang tersosialisasi sampai
tingkat pengambil tindakan. Dengan demikian program pelatihan, pengukuran
kinerja, evaluasi, dan sistem imbalan diselenggaran dalam rangka membangun sistem
yang mendukung semangat peningkatan kualitas.
Jika dibuat semacam periodisasi sejarah perkembangan manajemen kualitas,
maka perkembangan manajemen kualitas telah dimulai sejak awal tahun 1920 yang
dimotori oleh beberapa ahli di bidang kualitas. Periode ini dapat dikatakan sebagai
periode awal yakni 1920-1940. Pada periode ini manajemen kualitas fokusnya masih
sebatas pada inspeksi atau pengawasan. Pandangan saat itu menyatakan bahwa bila
inspeksi dilakukan dengan baik, maka hasil kerja akan baik pula. Bila hasil kerja baik
dalam arti sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan, maka disebut berkualitas.
Berdasarkan pandangan yang demikian, maka posisi inspektor menjadi penting.
Mereka melakukan pengawasan dengan mengukur hasil produksi berdasarkan
spesifikasi. Untuk memudahkan kerja mereka, maka penggunaan konsep statistik
yang dikembangkan untuk dapat diaplikasikan dalam pengendalian variabel produk
seperti panjang, lebar, berat, tinggi, daya tahan melalui pengambilan sampel untuk
menguji penerimaan kualitas produk. Pemanfaatan konsep statistik di bidang
manajemen kualitas saat itu diprakarsai oleh para ahli seperti Walter A. Stewart, H.F.
Dodge, dan H.G.Romig.
Periode kedua (1940-1985). Manajemen kualitas pada periode awal yang
berfokus semata pada inspeksi, ternyata dalam perkembangannya tidak mampu
mengatasi persoalan-persoalan terkait kualitas, sehingga juga tidak membuat
perusahaan menjadi lebih berdaya saing. Persoalan-persoalan kualitas yang tak dapat
diatasi oleh manajemen kualitas yang semata berfokus pada inspeksi telah
mendorong
perubahan pandangan. Yang dulu dikatakan bahwa persoalan
peningkatan kualitas dapat diatasi dengan inspeksi, berubah menjadi bahw persoalan
|