16
optimis, dan memiliki
harga diri
yang lebih baik. Begitu pula pada setiap domain well-
being
dari Ryff (dalam Gross & John, 2003), individu-individu yang menggunakan
cognitive reappraisal
memiliki
tingkat environmental mastery, personal growth, dan
self-acceptance yang lebih tinggi, serta tujuan hidup yang lebih jelas.
Hasil penelitian Gross dan John (2003) juga menemukan bahwa individu yang
menggunakan strategi cognitive reappraisal memiliki hubungan dekat dengan teman-
temannya dan juga disukai oleh teman-temannya, hal ini disebabkan individu tersebut
mampu secara positif membagi emosi-emosi yang dirasakan kepada teman-temannya,
baik emosi positif maupun negatif, sehingga individu lebih banyak menerima dukungan
sosial. Meskipun
memiliki rasa
otonomi yang besar, individu tersebut memiliki skor
yang tinggi pada hubungan
positif
dengan orang lain
dan memiliki fungsi sosial yang
lebih baik.
B.
Expressive Supression
Expressive suppression
adalah bentuk modulasi respon yang melibatkan
penghambatan perilaku ekspresi emosi yang sedang berlangsung (Gross, 2001).
Expressive suppression
merupakan strategi yang menekan atau mengubah cara
seseorang menanggapi situasi emosional, dilakukan setelah respon emosional muncul
(Gross, 1998). Strategi expressive suppression
tidak mengubah jumlah emosi negatif
yang dirasakan oleh individu, meskipun ekspresi perilaku berkurang (Gross, 2001).
Menurut Richard dan Gross (seperti dikutip dalam Christiany, 2004), ada tiga
mekanisme dari expressive suppression, yaitu: (1) penghindaran aktif (active
avoidance), individu menghindar dari stimulus yang dapat memunculkan emosi dalam
dirinya; (2) pemfokusan diri (self-focus), secara bersamaan individu menurunkan atensi
terhadap hal-hal yang ada di luar dirinya dan fokus terhadap stimulus yang dihasilkan di
dalam dirinya (misalnya pada perubahan fisiologis); (3) subvocalization, individu secara
internal menciptakan dialog pengaturan diri (misalnya individu berkata kepada dirinya,
Saya tidak boleh terlihat marah, nanti dia malah semakin menjauh. Tenang, tenang!
Ditahan saja kesalnya!). Contoh dari penggunaan strategi expressive suppresion adalah
ketika seseorang berusaha untuk terlihat tidak terkecoh dengan komentar pedas dari
seorang teman, hal ini ia lakukan untuk menutupi kemarahannya.
|