41
dan
Korea
Selatan
mempunyai
order
autocorrelations
yang signifikan, sedangkan
pada kedua negara tersebut hampir terjadi autokorelasi negatif. Hal ini berarti, tidak
adanya
pola
random-walk
dalam
stock
return
di
negara
Pasific
Basin
kecuali
di
Jepang dan Korea Selatan.
Hasil penelitian di Pasific Basin khususnya di Jepang dan
Korea
Selatan
hampir
menunjukkan
pola
yang
serupa
dengan
penelitian
pada
S&P
500 yang dilakukan Schwert (1992).
Studi empirik mengenai variabel-variabel indeks ekonomi dan indeks pasar,
telah
memberikan
penjelasan
mengenai
pengaruh variabel tingkat inflasi, tingkat
bunga,
nilai
tukar
mata
uang
domestik, dan indeks pasar terhadap tingkat
pengembalian investasi saham. Variabel-variabel tersebut menurut studi empirik yang
dilakukan oleh beberapa peneliti menunjukkan bahwa terjadi pola hubungan negatif
antara tingkat
inflasi dengan tingkat pengembalian
investasi saham (Jacob dan Pettit,
1989, p137). Penelitian
lain
yang dilakukan oleh Schwert di NYSE selama 23 bulan
sejak
Januari
1969
November
1970 juga mengungkapkan bahwa ...indicate
that
there is a reliable negative relationship between the level of the expected returns on
common stocks and the level of treasury bil rate (Schwert, 1992, p519). Perubahan
tingkat bunga dan inflasi merupakan gerakan-gerakan simultan sehingga perubahan
tingkat bunga mempunyai pola pengaruh yang sama terhadap tingkat pengembalian
investasi saham sebagaimana pengaruh inflasi.
Penelitian
mengenai pengaruh
indeks pasar
terhadap
harga saham-saham telah
dilakukan
oleh
B.
F.
King
terhadap
60
saham
perusahaan
yang
menggunakan
S&P
500
Dow
Jones
Index,
hasil
penelitian
ini
dikutip
oleh
Fischer
dengan
pernyataan,
|