2. Operator
RTG
(Tango)
menerima
job
list
dan
mengirimkan
peti
kemas
ke
dermaga secara berurutan dan sekaligus melakukan proses update.
3.
Apabila ada masalah mengenai peti kemas, segera lapor ke Pengendalian
menggunakan prosedur yang sudah ada.
4. Kalau tidak ada masalah, operator
crane
melaksanakan
pemuatan
peti
kemas
sesuai
dengan
bayplan muat dengan berkoordinasi dengan Solo dan Whiskey,
dimana
posisi
peti
kemas
secara
aktual
akan diperbarui oleh Solo menggunakan
HHT.
5. Laporan yang dibuat meliputi:
a. Operasi per shift dan time sheet yang diverifikasi oleh Kolonel
b.
Laporan
Realisasi
Bongkar
Muat
yang disesuaikan dengan Rekapitulasi
Bongkar
Muat.
Laporan
tersebut
harus
diparaf
oleh
Supervisor
Operasional terminal dan selanjutnya ditandatangani oleh pihak pelayaran
dan Manajer Operasi.
6. Laporan diserahkan ke Billing untuk dapat dilaksanakan penagihan jasa.
2.1.4. Produktivitas
Proses
bongkar
muat
peti
kemas
memiliki indikator yang berfungsi untuk mengukur
produktivitas
sekaligus
menjadi
indikator
kualitas pelayanan peti kemas. Secara umum
kualitas
pelayanan
peti
kemas
diukur
sampai seberapa
lama
proses
bongkar
muat
peti
kemas
tersebut
dilaksanakan.
Semakin
cepat pelaksanaan bongkar dan muat, maka akan
membuat
pihak
pelayaran
akan
puas.
Menurut
Rebollo
et
al.
(2000),
biaya
yang
harus
|