41
terbentuk
di
lahan-lahan
yang
lebih
kering. Sifat-sifat ini
memungkinkan
para
klimatolog
menggunakan
gambut
sebagai
indikator perubahan
iklim di
masa
lampau.
Demikian pula, melalui analisis terhadap komposisi gambut, terutama tipe dan jumlah
penyusun bahan organiknya, para ahli arkeologi dapat merekonstruksi gambaran
ekologi di masa purba. Pada kondisi yang tepat, gambut juga merupakan tahap awal
pembentukan batubara.
2.3.3. Gambut di Indonesia
Menurut
Wikipedia
(id.wikipedia.org)
luas lahan gambut
di
Sumatra
diperkirakan berkisar antara 7,39,7 juta hektare atau kira-kira seperempat luas lahan
gambut di seluruh daerah tropika. Menurut kondisi dan sifat-sifatnya, gambut di
Indonesia dapat dibedakan atas gambut topogen dan gambut ombrogen.
Gambut
topogen
ialah
lapisan
tanah
gambut
yang
terbentuk
karena
genangan
air yang terhambat drainasenya pada tanah-tanah cekung di belakang pantai, di
pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam,
hingga
sekitar
4
m saja,
tidak
begitu
asam airnya
dan
relatif
subur,
dengan
zat
hara
yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa
tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
Gambut ombrogen lebih sering dijumpai, meski semua gambut ombrogen
bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya, pada
umumnya
lapisan
gambutnya
lebih
tebal, hingga
kedalaman
20
m,
dan
permukaan
tanah
gambutnya
lebih
tinggi
daripada
permukaan
sungai
di
dekatnya.
Kandungan
|