9
energi
dari
masyarakat
Jepang
yang
terbentuk
dalam
peraturan
yang
tidak
tertulis
atau
berwujud kepercayaan. Sejauh
ini pandangan tersebut beranggapan bahwa Shinto adalah
kepercayaan yang unik dan tumbuh mandiri sepanjang masa ( Toshio, 1976:8 )
Seorang
sejarawan
yang bernama
Tsuda Sokichi
(1949),
mempelajari asal
mula
kata Shinto dan mengungkapkan arti kata Shinto kedalam 6 kategori, yaitu :
1. Kepercayaan religius yang ditemukan dalam adat setempat dan diwariskan secara
turun temurun di Jepang, termasuk juga kepercayaan terhadap hal-hal gaib.
2. Kekuasaan, kekuatan, kegiatan atau perbuatan dari Kami, kebesaran Kami, menjadi
seorang Kami atau Kami itu sendiri.
3. Dasar-dasar dan ajaran tentang Kami.
4. Ajaran yang disebarkan oleh kuil tertentu.
5. Cara hidup Kami yang digunakan dalam politik atau norma moral.
6. Penganut Shinto yang ditemukan dalam agama-agama baru, contohnya Kurozumi
Kyo,
Konko
Kyo,
Tenri Kyo.
Dari
enam
hal
yang
telah
disebutkan
diatas,
jelas
bahwa
kata
Shinto
telah
digunakan
secara
luas.
Tsuda
menjelaskan
dalam
bukunya
Nihon
Shoki (1965),
Shinto
berarti
kepercayaan yang
ditemukan
dalam
adat
setempat
di
Jepang.
Inilah
yang
digunakan
untuk
membedakannya dari agama
Budha di Jepang. Tsuda
juga
menyatakan bahwa arti
kata
Shinto
yang
paling
mendasar adalah
Kepercayaan religius
yang
ditemukan dalam
adat
setempat
dan
diwariskan
secara
turun
temurun
di
Jepang,
termasuk
juga
kepercayaan terhadap hal-hal gaib ( Toshio, 1976:10 ).
Menurut
Harumi
Befu
(1981),
dalam
bukunya
yang
berjudul Japan:
An
Anthropological
Introduction
mengemukakan, walaupun
mempunyai
satu
nama,
kepercayaan
ini
sebenarnya
merupakan
gabungan
kepercayaan
primitif
yang
sukar
|