16
Selain
Yamakage,
Picken
(1980)
juga
mengungkapkan pendapatnya
mengenai
kepercayaan Shinto, yaitu:
Literally,
Shinto
means
the
way
of
the
kami.
The
Japanese
word
kami
is
usually translated into English by the term god or spirit.
Secara
harafiah,
Shinto
berarti
jalan
dewa
atau
cara
dewa.
Bahasa
Jepang
untuk
kami biasanya
diterjemahkan
dalam
bahasa
Inggris
dengan
istilah
Tuhan atau roh. (Picken, 1980:10).
Dewa Shinto
disebut dengan kami.
Adapun
yang dimaksud dengan kami
menurut Ono (1987) adalah:
Kami
are
the
object
of
worship
in
Shinto. What
is
meant
by
kami?
Fundamentally, the term
is an
honoric
for
noble, sacret spirits,
which
implies a
sense of adoration for their virtues and authority.
Kami merupakan objek penyembahan dalam kepercayaan Shinto. Apakah
yang
dimaksud
dengan
kami? Pada
dasarnya,
istilah
kami adalah
sebuah
sebutan
kehormatan bagi
kaum
bangsawan, sebuah
semangat
suci
yang
menyatakan
rasa penyembahan untuk kebaikan dan kekuasaan kami. (Ono, 1987:6).
Dewa
merupakan roh
suci
yang
mengambil bentuk sebagai benda atau konsep
penting
untuk
kehidupan, seperti
angin,
hujan,
gunung,
sungai
dan
kesuburan.
Seorang
manusia akan
menjadi dewa setelah
mereka
meninggal dan akan dihormati
oleh
keluarganya sebagai dewa
nenek
moyang atau
dewa
leluhur. Dewa
dari
orang
penting
biasanya
diabadikan
di
kuil
tertentu.
Dewi
matahari
Amaterasu
dianggap
sebagai
dewa
terpenting
dalam
kepercayaan
Shinto.
Dalam
perbandingan
dengan
agama
monotheisme,
dalam
kepercayaan
Shinto tidak
ditemukan
kepastian.
Tidak
ada kebenaran atau kesalahan secara mutlak, dan tidak ada pribadi yang sempurna.
Dewa tidak pernah menunjukkan dirinya secara nyata, karena itulah
masyarakat
Jepang
menggunakan
sebuah
objek
yang disebut
dengan
go-shintai
yang
dianggap
sebagai
pengganti dewa,
seperti
yang
dikatakan oleh
Ross
(1965)
sebagai berikut:
|