17
According
to
Shinto, no
kami
ordinarily
has
a
form
or
reveals
its
figure.
However, an
important part
is played by the
go-shintai, an object of worship in
which
the spirit of
a
kami
is believed to
reside. The
go-shintai
is
treated
with
great reverence. It is a symbol only, and is not the kami
itself, but at festivals
it
is
often
treated
as
though
it
were
kami itself.
At
Ise
Grand
Shrine
the
sacred
mirror
is
treated
as
though
it
werw
Amaterasu
herself,
but
the
mirror
is
not
Amaterasu.
Berdasarkan kepercayaan Shinto, biasanya
tidak
ada
dewa
yang
menunjukkan
bentuknya
atau
menyatakan
dirinya.
Bagaimanapun, peranan
penting
itu
dimainkan
oleh
go-shintai,
sebuah
objek
penyembahan
yang
dipercaya
dewa
tinggal
didalamnya.
Go-shintai
disajikan
dengan
penghormatan besar.
Go-
shintai
hanyalah
sebuah
simbol,
dan
bukanlah
diri
kami
yang
sesungguhnya,
tapi
dalam
festival
go-shintai
sering
disajikan
sebagai
anggapan bahwa
itu
adalah
diri
kami
yang
sesungguhnya.
Di
Kuil
Ise
terdapat
sebuah
kaca
suci
yang
dianggap sebagai
diri
dewi
Amaterasu,
namun
pada
dasarnya
kaca
itu
bukanlah dewi Amaterasu yang sesungguhnya. (Ross, 1965:38).
Objek-objek yang
biasanya
digunakan
sebagai
go-shintai
antara
lain
adalah
batu,
pedang,
busur,
dan
mata
panah
atau
juga
kaca.
Objek
tersebut
harus
dijaga
dengan
baik
oleh
kepala
pendeta
Shinto selama
pelaksanaan
matsuri.
Hal
ini
dapat
terlihat pada
peristiwa ketika pendeta Shinto
membawa kembali
go-shintai
ke
Kuil,
maka
orang-orang
dan
mobil
tidak
diperbolehkan lewat
selama
perjalanan
pendeta
tersebut. Hal
ini
menunjukkan
adanya
penghormatan
kepada
simbol kami tersebut.
Go-shintai
tidak
hanya
berupa
benda-benda berharga,
namun
dapat
juga
berupa
binatang seperti
serigala, harimau,
kelinci, babi
jantan
putih,
rusa
putih
dan
juga
burung gagak.
Penganut
Shinto secara
umum
merupakan
bagian
dari
upacara
dan
adat
yang
dibentuk
sejak
abad
12-16
melalui
kehidupan
sehari-hari setiap
individual. Sejak
kami mampu
mencukupi
setiap
kebutuhan
yang
berbeda
yang
ada
dalam
dunia
ini,
maka
bagian
utama
dari
bentuk
kepercayaan
Shinto difokuskan
pada
doa
untuk
menghindari nasib buruk yang akan menimpa dan doa agar tidak terserang penyakit.
|