37
Dalam analisis factor, peneliti secara subjektif memutuskan suatu variabel
masuk ke dalam suatu faktor dengan menilai dari nilai loading-nya.
Berikut ini akan
dikemukakan dua saran dalam mengevaluasi atau mengintepretasikan nilai suatu loading,
yaitu: (Achmad Bachrudin, Harapan L. Tobing, Analisis Data Untuk Penelitian Survai
dengan
menggunakan LISREL 8,
2003, hal. 47)
1) Saran pertama tidak didasarkan pada proporsi matematis, ini hanya petunjuk praktis (rule
of thumb) yang
kerapkali
dipakai
dalam
analisis
faktor.
Aturannya,
nilai
loading lebih
dari
+0.30
dinyatakan sebagai bermakna
atau
berarti
(signifikan);
nilai
loading lebih
dari
+0.40
dinyatakan
lebih
bermakna;
dan
jika
nilai
loading lebih
dari
+0.50
dikatakan
sangat
bermakna. Petunjuk ini disarankan untuk ukuran sampel lebih dari 50.
2) Seperti sudah
dikatakan
bahwa
loading menunjukkan ukuran korelasi anta®a variable dan
faktornya.
Oleh
karena itu, signifikansi loading bisa digunakan signifikansi
korelasi sederhana
biasa. Dengan taraf arti 5% dan 1% masing-masing nilai loading paling sedikit
+0.19 dan
+
0.26
jika
ukuran
sampel
paling
sedikit
100.
Jika
ukuran
sampel
paling
sedikit
+0.14
dan
+0.18; akhirnya, ukuran sampel paling sedikit 300, nilai loading nya +0.11 dan +0.15.
2.6.4.3
Kecocokan Model Struktrural
Uji
kecocokan
ini
dilakukan
terhadap
koefisien-koefisien
persamaan
struktural
dengan
menspesifikasikan
tingkat
significan
tertentu.
Dalam
hal
signifikansi
adalah
0.05,
maka
nilai
t dari
persamaan struktural harus > 1.96. selain itu juga perlu dilakukan evaluasi
terhadap
solusi
standar
dimana
semua
koefisien mempunyai
varian
yang
sama
dan
nilai
maximumnya
adalah
1.
Sebagai
ukuran
menyeluruh
terhadap
persamaan
struktual, ove®all
coeficient of determination (R2) dievaluasi seperti pada regresi berganda.
2.6.4.4
Respesifikasi
Berdasarkan buku
LISREL,
p72-p73.
Tahapan
ini
ditujukan
untuk
melakukan
spesifikasi
ulang terhadap
model
untuk
memperoleh
derajat
kecocokan
yang
lebih
baik.
|