13
bahwa kehidupan
mereka tidak terlepas dari rangkaian ritus. Memberikan persembahan
merupakan ritus yang dilakukan terhadap sesuatu yang dianggap penting.
Dalam setiap agama,
upacara ritual atau ritus biasa dikenal dengan
ibadat, kebaktian,
berdoa, atau sembayang. Durkheim dalam
Agus (2006
: 102)
mengatakan bahwa
upacara-upacara ritual
adalah
untuk
meningkatkan
solidaritas,
untuk
menghilangkan
perhatian
kepada
kepentingan individu.
Masyarakat
yang
melakukan ritual
larut
dalam
kepentingan bersama.
2.3 Konsep Kepercayaan Masyarakat Jepang Terhadap Agama
Agama adalah sebuah sistem
yang terdiri dari ajaran (kepercayaan), ritual (aktivitas),
dan
jemaah (organisasi) (Nakamaki, 2003
:
11).
Menurut Swyngedouw
dalam Swanson
(1993
:
60),
bangsa
Jepang
menaruh minat
yang
sedikit
sekali
terhadap hal-hal
yang
berbau religi, dan ritual
yang
terkait dengan agama. Beberapa orang
Jepang dalam satu
sisi
ataupun
sama
sekali
tidak
terlibat
di
dalamnya.
Salah
satu
karakteristik
dari
sifat
keagamaan orang
Jepang
adalah
bahwa
mereka
sering
kali
mengikuti
kegiatan
keagamaan tergantung
dari
waktu
acara
keagamaan
tersebut
diadakan.
Tetapi
setelah
acara
tersebut
berakhir,
kehidupan
normal
mereka
kembali
berjalan
seperti
biasanya
tanpa
sedikitpun
adanya
keterkaitan dengan
hal-hal
yang
bersifat
keagamaan tersebut.
Kebanyakan
orang
Jepang
tidak
melihat
adanya
kontradiksi
dalam
meminta
berkah
(blessing)
atau
keuntungan di
dalam
berbagai
macam
organisasi
keagamaan. Dalam
beberapa
peristiwa.
mereka
melakukan pemujaan
di
kuil
Shinto,
dan
dalam
lain
peristiwa
kuil
Buddha
menjadi
tempat
perlindungan mereka.
Bukan
menjadi
pengecualian
bahwa
orang
yang
sama,
bisa
saja
mengunjungi
gereja
Kristiani
di
lain
waktu. Dalam semua
cara
yang berbeda-beda
ini,
para
pemuja dapat
mengadaptasikan
|