19
Banyaknya kenakalan remaja atau anak di bawah
umur
menimbulkan keresahan dan
perdebatan
dalam masyarakat.
Sebagaimana
di negara-negara
lain
yang
mengalami
hal
yang
sama dalam menghadapi kenakalan remaja, reaksi pemerintah dan
media
massa di
Jepang
adalah
menganjurkan
agar
hukuman
diperberat
dan
proses
hukum
bagi
remaja
juga diperketat, disamakan dengan orang dewasa.
Kenakalan remaja sering kali dikaitkan dengan ketidak seimbangan mental dari
remaja
tersebut. Semiun (2003: 301)
menjelaskan bahwa ketidak seimbangan dalam diri
remaja tersebut disebabkan oleh keadaan emosi yang berubah-ubah. Hal ini
menyebabkan orang sulit memahami diri remaja dan remaja pun sulit untuk memahami
diri mereka sendiri.
Banyaknya
bermunculan
kasus
kejahatan di
Jepang
yang
dilatar
belakangi
oleh
para
remajanya,
menimbulkan
banyak
tanda
tanya yang
mengarah
pada
faktor
pemicu
terjadinya
kasus
tersebut.
Yang
mengejutkan masyarakat
adalah
para
remaja
pelaku
terkadang
termasuk
dalam individu
yang
sensitif,
pintar,
dan
termasuk
dalam keluarga
menengah biasa.
Tindakan para remaja ini tidak hanya
mengungkapkan
permasalahan
internal
dalam
diri mereka sendiri tetapi menunjuk pada
tekanan-tekanan yang dibebankan pada para
remaja ini oleh perubahan dalam masyarakat Jepang itu sendiri.
Dalam pembentukan
jati
diri,
para
remaja
sangat
membutuhkan
arahan
dalam
menentukan
yang
terbaik.
Akan
tetapi
kurangnya
komunikasi
seakan
membuat
remaja
ini bertindak sendiri dengan mencari perhatian lebih yang ternyata berlawanan dengan
budaya dan masyarakatnya. Dijelaskan Erikson dalam Semiun (2003: 321) berikut:
Remaja tidak dapat membiarkan dirinya untuk tidak menjadi apa-apa, ia berjuang
agar
dirinya
diperhatikan
meskipun
ia
berfungsi
dalam
cara
yang
berlawanan
|