|
53
dalam
pelaksanaan sehari-hari.
Keduanya
memulai
dengan
mendaftarkan
(brainstorming)
berbagai hal
yang
dapat
berjalan salah.
Kemudian,
masalah
potensial
diprioritaskan.
Akhirnya,
resiko
terbesar pun
dilindungi
dengan
mencari
cara-cara
untuk
mencegah
upaya
tidak
terjadi,
juga
cara-cara
untuk
membatasi
kerusakan jika
sudah
terjadi (disebut kontingensi). (Pande dan Holpp, 2005, P91)
FMEA merupakan seperangkat
pedoman,
proses
dan
format
untuk
mengidentifikasi
dan memprioritaskan masalah
penting (kegagalan). Tujuan dari FMEA adalah untuk
mengidentifikasi
semua
cara
dimana kegagalan
dapat
terjadi,
untuk
mengestimasi
dampak dan keseriusan dampak dari kegagalan tersebut, serta untuk merekomendasikan
tindakan perbaikan yang bersifat korektif. (Miranda dan Tunggal, 2006, P121)
Dengan mendasarkan aktivitas mereka pada FMEA, seorang manajer, tim perbaikan,
atau pemilik proses dapat memfokuskan energy dan sumber daya pada pencegahan,
monitoring,
dan
rencana-rencana
tanggapan
yang paling
mungkin
untuk
memberikan
hasil.
Berasal
dari
industri-industri
beresiko
tinggi
seperti
pesawat terbang
dan
pertahanan,
FMEA
merupakan
sebuah
aplikasi yang
lebih
kuat
dari
konsep
analisis
masalah potensial.
Metode
FMEA
mempunyai
banyak
aplikasi
dalam
lingkungan
Six Sigma, dalam
hal
mencari
berbagai
masalah bukan
hanya
dalam proses
serta
perbaikan
kerja,
tapi
juga
dalam
aktivitas
pengumpulan
data,
usaha-usaha
Voice
of
Customer,
prosedur
dan
bahkan
dalam
pelaksanaan
inisiatif
Six
Sigma.
Satu-satunya
prasyarat
adalah
adanya
situasi
yang kompleks
atau
beresiko
tinggi
dimana
anda
perlu
memberikan
penekanan
khusus untuk menghentikan masalah. (Pande, Neuman, dan Cavanagh, 2003, P402)
Langkah-langkah
bagaimana
FMEA
bekerja
(Pande, Neuman,
dan Cavanagh,
2003,
P403):
1. Mengidentifikasi proses atau produk/jasa
|