|
54
2. Mendaftarkan
masalah-masalah
potensian
yang
dapat
muncul
(Failure
modes)
;
pertanyaan dasar adalah: Apa
yang dapat salah?.
Ide-ide untuk masalah potensial
mungkin berasal dari berbagai sumber, meliputi brainstorming, analisis proses,
benchmarking,
dan
sebagainya.
Masalah-masalah
dapat
dikelompokan
berdasarkan
langkah proses atau komponen produk/jasa. Hindarilah masalah-masalah sepele.
3. Menilai masalah
untuk
kerumitan, probabilitas kejadian, dan detektabilitas ; dengan
menggunakan
skala
1-10,
berikan
skor
pada
masing-masing
faktor
untuk setiap
masalah
potensial.
Masalah-masalah yang
lebih
serius
mendapatkan
rating
lebih
tinggi,
demikian
juga
masalah
yang
sulit
untuk
dideteksi.
Kembali,
hal
ini
dapat
dinilai atau didasarkan pada data historis atau data tes.
4. Menghitung Risk Priority Number atau RPN, dan tindakan-tindakan prioritas ; rating
resiko
keseluruhan
diperoleh
dengan
mengalikan tiga
skor
bersama-sama.
Dengan
menambahkan RPN dari semua masalah, anda mendapatkan gambaran risiko total
untuk proses atau produk/jasa. (RPN maksimum adalah 1.000)
5.
Melakukan
tindakan-tindakan
untuk mengurangi
risiko
;
dengan
memfokuskan
pertama-tama pada masalah-masalah
potensial yang memiliki prioritas
tertinggi,
anda
kemudian
dapat
memikirkan
tindakan-tindakan
untuk
mengurangi
salah satu
atau semua faktor:
keseriusan,
kejadian, dan detektabilitas. manfaat
kunci dari alat
ini
adalah
untuk
membuat
sumber daya
manajemen
masalah
yang
selalu
tidak
terbatas memberikan manfaat terbaik.
Definisi
berbagai
terminologi
dalam
FMEA
adalah
sebagai
berikut
(Pzydek,
2003,
P596-597):
1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir.
2.
Potential Failure
Mode
adalah
penyebab
kegagalan-kegagalan
atau
penyebab
kecacatan yang mungkin terjadi.
3. Potential
Failure Effect adalah efek-efek yang terjadi karena kegagalan te®sebut.
|