16
hal-hal
yang
buruk
dengan
kata
selalu
dan tidak
pernah
disertai
ciri-ciri
yang
menyertainya,
individu
tersebut
memiliki
gaya
pesimistis
yang permanen.
Jika
individu
berpikir
dalam
istilah
kadang-kadang dan
akhir-akhir
ini,
menggunakan
kata sifat, dan menyalahkan
hal-hal
yang sementara
sifatnya,
individu tersebut mempunyai
gaya optimistis.
Individu yang percaya peristiwa
baik
memiliki
penyebab
yang
permanen
lebih
optimistis
dari pada
mereka
yang
percaya
bahwa
penyebabnya
temporer.
Individu
yang optimistis
menerangkan
peristiwa
dengan
mengaitkannya
dengan
penyebab
permanen,
contohnya
watak
dan
kemampuan.
Orang
yang
pesimistis
menyebutkan
penyebab
sementara
seperti suasana
hati dan usaha.
Individu
yang
meyakini
bahwa
peristiwa
baik memiliki
penyebab
permanen,
ketika
berhasil,
mereka
berusaha
lebih keras lagi pada kali
berikutnya. Orang-orang yang
menganggap peristiwa
baik
disebabkan oleh
alasan
temporer
mungkin
menyerah
bahkan
ketika
berhasil,
karena
mereka
percaya
itu hanya
suatu
kebetulan.
Orang
yang
paling
bisa
memanfaatkan
keberhasilan
dan terus
bergerak
maju
begitu
segala
sesuatu
mulai
berjalan
dengan baik adalah orang yang optimis (hal. 115-117).
1.
Optimis Pervasif.
Optimis pervasif berkaitan dengan masalah ruang. Terdapat dua
jenis
optimis
pervasif,
yaitu
universal
dan
spesik
(Seligman
2002).
Dalam
menjelaskan
kegagalan,
individu
yang optimis
universal
akan
mengaitkannya dengan
seluruh
aspek
kehidupan,
sedangkan
optimis
spesifik hanya mengaitkannya
dengan satu aspek kehidupan.
Seligman
(2002)
mengatakan
bahwa
dimensi
permanen
menentukan
berapa lama
seseorang menyerah, penjelasan permanen atas
kejadian
buruk menghasilkan
ketidakberdayaan
yang berlangsung
lama dan
|