Start Back Next End
  
10
Setelah feminisme gelombang kedua, dimulailah feminisme gelombang
ketiga. Feminisme gelombang ketiga ini masih sulit didefinisikan dan label ini masih
mempunyai sangat sedikit arti. Namun, debat-debat menunjukkan feminisme masih
menunjukkan vitalitasnya dan wanita punya potensi untuk mengambil tindakan tidak
hanya secara personal saja, tetapi juga secara politis. Para wanita telah dan terus
menemukan berbagai macam tempat untuk menjalankan dan mengekspresikan
identitas politik dan kampanye masalah tersendiri secara optimis yang dapat menjadi
batu loncatan untuk lebih luas lagi. (Hannam, 2007:166)
Di negara-negara barat, paham feminisme berkembang pesat, lama kelamaan,
paham ini juga menyebar ke negara-negara lain, misalnya di Asia. Menurut June
Hannam, kebanyakan gerakan feminisme di Asia berfokus kepada meluasnya
industrialisasi, dimana negara-negara kaya di area ini mengeksploitasi para wanita di
negala lain yang masih berkembang dan hal ini menghasilkan teori feminis baru yang
kompleks. Misalnya, para
wanita jepang yang menghubungkan penindasan mereka,
khususnya dalam kekerasan di dalam rumah tangga dengan penindasan wanita di
Asia Tenggara yang merupakan akibat dari bangsa Jepang yang mencari tenaga kerja
yang murah (Hannam, 2007:153-154).
Kesadaran feminis di Jepang merupakan bagian dari perlawanan
perkembangan modernisasi
(Mackie, 2003:2). Dalam membentuk negara
modern
industrialisasi, wanita dideskripsikan sebagi “istri yang baik dan ibu yang bijaksana
yang perannya adalah untuk reproduksi dan mengurus anak. Mereka berperan
sebagai pendukung pasif dalam pembentukan “negara yang kaya dan tentara yang
kuat”
(????
/ fukoku kyohei). Setelah itu, di akhir abad ke-19 setelah
tersebarnya paham liberalisme, tercetuslah teori feminisme pertama. Beberapa
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter