11
aktivis feminis terkemuka menjalankan gerakan Hak populer dan kebebasan (??
???? / Jiyu
Minken Undo) di tahun 1870-1880an, ketika beberapa wanita kelas
menengah mengikuti kegiatan filantropis yang merupakan bentuk dari politik kepura-
puraan yang tidak menentang steorotipe feminisme (Mackie, 2003:3).
Wanita lainnya tertarik untuk mencari
tahu arti individualisme bagi wanita
dan kegiatan seksualitas wanita. Para wanita baru
ini menghadapi dilema tentang
wanita aktif heteroseksual
dan berdebat tentang pengontrolan reproduksi dalam
percobaan mereka di dekade pertama pada abad ke-20. Mereka berpendapat bentuk
kebijakan sosial untuk wanita diperlukan untuk mencapai kemerdekaan tanpa harus
mengorbankan peran reproduksi mereka dan beberapa bergerak di dalam kampanye
tentang hak pilih wanita. (Mackie, 2003:4)
Pada tahun 1970-an, gerakan pembebasan wanita berkembang dari kritik
kapitalisme modern Jepang, ketidakpuasan atas pembedaan kelamin, dan kebutuhan
wanita di Jepang untuk mengemukakan pendapat atau teori di dalam lingkungan
masyarakat. Gerakan ini mencoba mengangkat ide-idenya dengan media massa, agar
ide-ide mereka didengar sampai
ke seluruh
Asia Timur. Pada tahun 1980-an, debat
seputar yang disebut legislasi yang dinamakan dengan 'protektif', mereka
menyorot
perbedaan kelas antara wanita, sedangkan diskusi yang lanjut
mempertimbangkan
hubungan antara wanita dengan
pria di Jepang dan masyarakat negara-negara Asia
lainnya. Hal ini telah melibatkan pertimbangan akan hubungan antara ketidaksamaan
gender dan sistem-sistem ketidaksamaan lainnya berdasarkan kelas, ras,
dan etnis
(Mackie, 2003:4)
Diskusi-diskusi politik di dekade-dekade terakhir pada abad ke 20 berfokus
pada penempatan Jepang dalam debat-debat tentang post-modernitas. Diskusi-diskusi
|