Home Start Back Next End
  
25
Kramat, dan lain-lain merupakan bioskop yang muncul dan ramai dikunjungi
setelah periode 1940-an.
Film-film yang
diputar
di
dalam bioskp
tempo
dulu
adalah
film
gagu
alias
bisu
atau
tanpa
suara.
Biasanya
pemutaran
di
iringi
musik
orkes,
yang
ternyata
jarang
"nyambung"
dengan
film.
Beberapa
film yang
kala
itu
yang
menjadi
favorit
masyarakat
adalah Fantomas,
Zigomar,
Tom
Mix,
Edi
Polo,
Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll.
Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang
berkapasitas 1.700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot,
bertingkat
tiga
dengan
ruang
dansa
dan
kolam renang
di
lantai
paling
atas.
Pada tahun 1955 bioskop Indra di Yogyakarta mulai mengembangkan
kompleks bioskopnya dengan toko dan restoran.
Di  Indonesia  awal  Orde  Baru  dianggap  sebagai  masa  yang
menawarkan
kemajuan
perbioskopan,
baik
dalam jumlah
produksi
film
nasional maupun bentuk dan sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini
memuncak
pada
tahun
1990-an.
Pada
dasawarsa
itu
produksi
film
nasional
112 judul. Sementara sejak tahun 1987 bioskop dengan konsep sinepleks
(gedung bioskop dengan lebih dari satu layar)
semakin
marak.
Sinepleks-
sinepleks
ini biasanya berada di kompleks pertokoan, pusat perbelanjaan, atau
mal yang selalu jadi tempat nongkrong anak-anak muda dan kiblat konsumsi
terkini
masyarakat perkotaan.
Di sekitar sinepleks itu tersedia pasar
swalayan,
restoran cepat saji, pusat mainan, dan macam-macam.
Word to PDF Converter | Word to HTML Converter